AUDIOMETRI
Audiometri
berasal dari kata audire yang berarti pendengaran dan metrios yang berarti
mengukur, jadi secara harfiah audiometri bermakna pemeriksaan untuk menguji
fungsi pendengaran.
Pemeriksaan
Audiometri dalam ilmu medis maupun ilmu hiperkes tidak saja dapat dipergunakan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat untuk menentukan lokasi
kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan fungsi pendengaran.
Audiometri Nada Murni
Yaitu Suatu sistem uji pendengaran dengan
mempergunakan suatu alat yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada mumi dari berbagai frekuensi 250 - 500 - 1000 -
2000 - 4000 - 8000 Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB) yang
disebut dengan audiometer.
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala,
dikenal dengan istilah air conduction (AC) dan vibrator tulang ke telinga orang
yang diperiksa pendengaannya,yang disebut dengan bone conduction (BC).
Masing-masing pemeriksaan secara bersama sama
untuk mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantaran
tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan kurva
hantaran tulang dan hantaran udara yang disebut
dengan audiogram.
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui
jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata
sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20 - 29 tahun
merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.
Interpretrasi audiogram berdasarkan kurva yang
didapat dapat disimpulkan apakah seseorang normal audiometri, Conductive
Hearing Impairment, Sensori neural hearing impairment, atau noice induced
hearing impairment.
Conductive
hearing impairment/Conductive hearing loss
Ciri khasnya
adalah adanya air gap antara pemeriksaan air conduction dan bone conduction
Sensorineural
hearing impairment
Ciri khasnya
adalah curva air conduction yang normal, sedangkan kurva bone conduction
mengalami penurunan ambang intensitas/desibelnya.
Noice induced
haring impairment
Yang paling khas
dari audiogram gangguan ini adalah didapatkan gambaran baji pada frekuensi 4000
Hz pada pemeriksaan air conduction.
Gambaran NIHL
ini merupakan indikator adanya penyakit akibat kerja atau penyakit akibat
gangguan kerja yang bersifat progresiv dan irreversibel, sehingga memerlukan
perhatian serius khususnya bagi dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja atau
bagi dokter perusahaan.
Adapaun berdasarkan tingkat desibelnya,maka
gangguan pendengaran dapat dibagi menjadi:
a. Normal : - 10 dB sampai dengan 25 dB
b. Mild
impairment: 26 dB sampai dengan 40 dB
c. Moderate
impairment: 41 dB sampai dengan 55 dB
d. moderate to
severe impairment: 56 dB sampai dengan 70 dB
e. Severe
impairment: 71 dB sampai dengan 85 dB
f. Very severe
impairment: > 85 dB
Audiometri Tutur
Audiometri tutur
adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah
dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikalibrasi, untuk mengukur
beberapa aspek kemampuan pendengaran.
Prinsip
audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada mumi, hanya disini sebagai
alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpilih yang dituturkan pada
penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikrofon yang dihubungkan dengan audiometer tutur, kemudian disalurkan melalui
telpon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya; atau kata-kata direkam
lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar
kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur.
Si penderita
diminta untuk menirukan dengan jelas setiap kata yang didengar, dan apabila
kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin
dilemahkan, si pendengar diminta untuk menebaknya.
Pemeriksa mencatat persentasi kata-kata yang
ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat
digambarkan pada suatu diagram yang aksisnya adalah intensitas suara kata-kata
yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yang ditirukan
dengan benar.
Dari gmbaran audiogram tutur ini dapat diketahui
dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari
sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar,
yang lazimnya disebut nilai ambang persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan
dengan satuan desibel (dB).
b) Kemampuan maksimal pendengaran untuk
mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan,
yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.
Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi
maksimal katakata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara
berapa saja. Dengan demikian berbeda dengan audiometri nada murni, pada
audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat
nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh di atasnya (NDT).
Dewasa ini pemeriksaan yang lebih sering dilakukan
adalah pemeriksaan audiometri nada murni dibandingkan audiometri nada tutur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar